Monday, June 24, 2013
Konsep Diri
Konsep diri dapat didefinisikan secara
umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya.
Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap
pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep
diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada
dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif)
atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri
yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu
bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang
dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih
menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan.
Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat
hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan
datang.
Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses
belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa.
Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan
lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh
yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung
mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang
misalnya, suka memukul,
mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil,
tidak pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat
kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya
berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan
memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup
berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang
dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan
dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai
dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu
berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah.
Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang
positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
1.
Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor
signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang
tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif
serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang
pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga
untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan
yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2.
Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan
kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya
terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak
berguna.
3.
Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung
negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri
sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara
negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena
saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat
apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang
depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau
“termakan” ucapan orang.
4.
Kritik Internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri
sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan
berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi
dengan baik.
5.
Merubah Konsep Diri
Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit
dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita
sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami
perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk
memiliki konsep diri yang positif:
a.
Bersikap Obyektif Dalam Mengenali Diri Sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan
kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat
membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You
can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do
the best you could in every way....
b.
Hargailah Diri Sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri
sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu
memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa
menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara
positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa
menghargai diri kita?
c.
Jangan Memusuhi Diri Sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi
dalam diri sendiri. Sikap
menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada
permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real
self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang
dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
d.
Berpikir Positif dan Rasional
We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our
thoughts, we make the world (The Buddha). Jadi, semua itu banyak tergantung
pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap
seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan
jiwa dan raga.
http://www.e-psikologi.com
Penulis: Ahsan AG
What ever comes on our way, what ever bad we have rage inside this, we always have a choice. We choose to be the best of ourselves. The choice that makes who we are and we can always choose to do what the right. Read More →
Related Posts:
Motivasi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments: