Wednesday, April 23, 2014
Hidup Jangan Tertidur !
Untuk
dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR.
Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran.
Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan TERTIDUR. Mereka lahir,
tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam
keadaan TERTIDUR.
Analoginya
adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang.
Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada
orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak
bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang,
dan harta benda.
Pengertian
menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolahraga penting untuk
kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjual-belikan
jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat
menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh
tahu tapi tidak sadar!
Ada dua hal yang dapat membuat orang
menjadi sadar, yaitu peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya
adalah rahmat terselubung karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru
sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya
olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru
menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang
sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah
hartanya habis. Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu
menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang
sibuk memperjual-belikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan,
lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di
bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam.
Petugas bioskop berkata, “Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!” Anda
protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga
hanya berkata tegas, “Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah
hidup kembali.”
Itulah
analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi
kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian
menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita
meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang
tidak sempat kita nikmati.
Hidup
ini seringkali menipu dan menina bobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus
sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke
mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari
kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.
Ada
sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “Kita
bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah
makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.” Manusia bukanlah
makhluk bumi melainkan makhluk langit. Kita adalah makhluk spiritual yang
kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah
rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu
syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak
dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan
meninggalkan “rumah” untuk mencari “rumah” yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut
meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak
pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.
Coba
Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita
tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang
ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan
kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu
sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan
menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati
selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku
curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi. Lantas, apakah kita
perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita
sadar? Jawabnya: Ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada
cara kedua yang jauh lebih mudah:
Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.
Sumber: Arvan
Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader!
Penulis: Ahsan AG
What ever comes on our way, what ever bad we have rage inside this, we always have a choice. We choose to be the best of ourselves. The choice that makes who we are and we can always choose to do what the right. Read More →
Related Posts:
Motivasi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mantap
ReplyDelete