Friday, July 13, 2012
Sebuah Kisah
Dikutip dari blog sahabat
Suatu masa, terdapat sebatang
pohon apel yang amat besar. Seorang anak lelaki begitu gemar bermain-main di
sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta
memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap
di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
bermainnya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
****
Tahun demi tahun pun berlalu,
anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi
menghabiskan waktu bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu
hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Ayo
bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu."Aku bukan lagi
anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja
itu." Aku mau mainan dan aku perlu uang untuk membelinya" tambah
remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau
begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang.
Dengan itu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan". Remaja itu dengan
gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak
kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
****
Tahun demi tahun pun berlalu. Suatu
hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
"Ayo bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu". Aku
tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku
ingin membuat rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau
menolongku?" Tanya anak itu. "Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah.
Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah
rumah". Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon
apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi
kemudian dia merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.
****
Suatu hari yang panas, seorang
lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang
pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
"Marilah bermain-main di sekitarku", ajak pohon apel itu.
"Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di
sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Tapi, aku
tidak mempunyai kapal. Bolehkah kau menolongku?" Tanya lelaki itu. “Aku
tidak mempunyai kapal untukmu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk
dijadikan kapal. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel
itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia
kemudian pergi dan tidak kembali lagi selepas itu.
****
Namun begitu, pada suatu hari,
seorang lelaki yang semakin senja usianya, datang menuju pohon apel itu. Dia
adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu. “Maafkan aku.
Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah memberikan
buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat
kapal. Aku hanya pohon dengan akar yang hampir mati" kata pohon apel itu
dengan nada pilu". Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tidak punya gigi
untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya,
aku tidak mau batang pohonmu kerana aku tidak bias belayar lagi, aku merasa
lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu."Jika begitu,
istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk
beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis
kegembiraan.
****
Sebenarnya, pohon apel yang
dimaksudkan didalam cerita itu adalah Kedua Orangtua kita. Saat kita masih
kecil, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita
membutuhkan bantuan mereka untuk hidup. Setelah dewasa kita tinggalkan mereka,
dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun
begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia
dan gembira dalam hidup.
Anda mungkin berfikir bahwa anak
lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah,
hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini memperlakukan kedua
orangtua mereka.
Hargailah jasa Ibu-Bapak
kita, hormatilah keduanya, taati perintahnya (selama itu tidak
dilarang Agama), do’akan agar tetap sehat dan selamat, karena
ridhonya Allah karena ridhonya Orangtua dan murkanya Allah karena murkanya
Orangtua.
Penulis: Ahsan AG
What ever comes on our way, what ever bad we have rage inside this, we always have a choice. We choose to be the best of ourselves. The choice that makes who we are and we can always choose to do what the right. Read More →
Related Posts:
Renungan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
subhanallah..
ReplyDelete