Ad 468 X 60

Friday, July 13, 2012

Widgets

Sebuah Kisah


Dikutip dari blog sahabat

Suatu masa, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat bermainnya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

****
Tahun demi tahun pun berlalu, anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan waktu bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Ayo bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu."Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mau mainan dan aku perlu uang untuk membelinya" tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan". Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
****
Tahun demi tahun pun berlalu. Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira. "Ayo bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu". Aku tidak ada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membuat rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?" Tanya anak itu. "Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah". Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian dia merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.
****
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa. "Marilah bermain-main di sekitarku", ajak pohon apel itu. "Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Tapi, aku tidak mempunyai kapal. Bolehkah kau menolongku?" Tanya lelaki itu. “Aku tidak mempunyai kapal untukmu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan kapal. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dan tidak kembali lagi selepas itu.
****
Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin senja usianya, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu. “Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat kapal. Aku hanya pohon dengan akar yang hampir mati" kata pohon apel itu dengan nada pilu". Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tidak punya gigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu kerana aku tidak bias belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu."Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
****
Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah Kedua Orangtua kita. Saat kita masih kecil, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita membutuhkan bantuan mereka untuk hidup. Setelah dewasa kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.

Anda mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini memperlakukan kedua orangtua mereka.

Hargailah jasa Ibu-Bapak kita, hormatilah keduanya, taati perintahnya (selama itu tidak dilarang Agama), do’akan agar tetap sehat dan selamat, karena ridhonya Allah karena ridhonya Orangtua dan murkanya Allah karena murkanya Orangtua.

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Penulis: Ahsan AG
What ever comes on our way, what ever bad we have rage inside this, we always have a choice. We choose to be the best of ourselves. The choice that makes who we are and we can always choose to do what the right. Read More →

1 comment: